Genshin Impact, game RPG open-world besutan HoYoverse, terkenal dengan dunia fantasi yang kaya akan referensi budaya nyata. Salah satu region paling menarik adalah Sumeru, negeri kebijaksanaan yang terinspirasi oleh peradaban Timur Tengah, Asia Selatan, dan nilai-nilai Islam. Artikel ini akan membahas secara detail bagaimana lore Sumeru mengadopsi elemen budaya, arsitektur, filosofi, serta kearifan lokal dari kehidupan nyata, khususnya dunia Islam dan Timur Tengah.
- Arsitektur Sumeru: Perpaduan Megah antara Islam Klasik dan Alam Oasis
Kota Sumeru dalam game menggambarkan keindahan arsitektur Islam abad pertengahan dengan sentuhan alam oasis yang subur. Berikut elemen mencolok yang menjadi referensi nyata:
- Kubah dan Menara: Struktur bangunan utama di Kota Sumeru, seperti Akademiya, menggunakan kubah besar dan menara ramping yang mengingatkan pada masjid-masjid ikonik seperti Masjid Sheikh Lotfollah di Iran atau Masjid Alhambra di Spanyol.
- Ornamen Kaligrafi dan Geometris: Dinding-dinding bangunan dihiasi pola geometris simetris dan kaligrafi Arab, ciri khas seni Islam yang melambangkan harmoni dan ketakterbatasan Tuhan.
- Taman Surga (Paradise Garden): Konsep taman hijau dengan air mancur dan kanal di Sumeru terinspirasi dari Charbagh (taman Persia) yang melambangkan surga dalam kebudayaan Islam.
Baca juga: Apa Itu Chronicled Wish dan Bedanya dengan Banner Limited di Genshin Impact?.
- Akademiya: Cerminan Kejayaan Intelektual Zaman Keemasan Islam
Akademiya, institusi pendidikan tertinggi di Sumeru, adalah metafora dari Baitul Hikmah (House of Wisdom) di Baghdad, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan selama Zaman Keemasan Islam (8th–13th century). Beberapa paralel menarik:
- Multidisiplin Ilmu: Seperti Baitul Hikmah, Akademiya mengkaji berbagai bidang, dari astronomi hingga sastra, mencerminkan semangat keilmuan Islam yang holistik.
- Perpustakaan Ilahi: Perpustakaan House of Daena di Akademiya mengingatkan pada peran perpustakaan Islam kuno sebagai gudang pengetahuan global.
- Konflik Ilmu vs Dogma: Plot cerita Archon Quest Sumeru menyoroti pertentangan antara kebebasan akademik dan kontrol otoritas, mirip dengan dinamika sejarah antara ilmuwan Muslim dan kekuasaan politik.
- Budaya Masyarakat: Nilai-Nilai Timur Tengah dalam Keseharian
Kehidupan masyarakat Sumeru sarat dengan tradisi yang terinspirasi budaya Timur Tengah dan Islam:
- Pakaian Tradisional: Karakter seperti Nilou dan Dehya mengenakan busana bernuansa thobe (jubah panjang) dan hijab stylized, menggabungkan estetika modis dengan kesopanan.
- Seni Musik dan Tarian: Musik Sumeru menggunakan instrumen seperti oud (leluhur gitar) dan ney (seruling buluh), sementara tarian Nilou terinspirasi tarian rakyat Arab seperti Khaleeji.
- Konsep "Hikmah": Filsafat kebijaksanaan (hikmah) yang dipegang Archon Dendro, Nahida, merefleksikan konsep Islam tentang pencarian ilmu sebagai jalan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
- Etimologi dan Simbolisme: Dari Nama hingga Mitologi
Nama "Sumeru" sendiri berasal dari Gunung Meru dalam kosmologi Hindu-Buddha, tetapi penggambaran region ini juga memasukkan elemen Timur Tengah:
- Nama Karakter: "Nahida" (Archon Dendro) diduga terinspirasi dari kata "Nahid", nama dewi kebijaksanaan dalam mitologi Persia.
- Kata Kunci dalam Quest: Istilah seperti "Akasha" (sistem pengetahuan di Sumeru) merujuk pada konsep "Al-Aqsa" dalam Islam yang melambangkan sesuatu yang tertinggi.
- Simbolisme Pohon Ilmu: Pohon yang menjadi pusat kekuatan Dendro mengingatkan pada Pohon Kehidupan (Syajarat al-Hayat) dalam tradisi Sufisme. Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan baca Referensi Mitologi dan Kisah Islam dalam Lore Sumeru Genshin Impact.
- Tema Naratif: Kritik Sosial dan Refleksi Filosofis
Lore Sumeru tidak hanya menghadirkan keindahan budaya, tetapi juga menyisipkan kritik sosial yang relevan dengan dunia nyata:
- Eksploitasi Pengetahuan: Akademiya yang membatasi akses ilmu kepada masyarakat biasa mencerminkan isu elitisme pendidikan di beberapa negara.
- Keseimbangan Alam dan Teknologi: Konflik antara peradaban hutan (yang harmonis) dan gurun (yang industrial) menggemakan polemik modernisasi vs kelestarian alam.
- Spiritualitas vs Materialisme: Perjalanan Traveler membantu Nahida mengembalikan kebijaksanaan sejati menyiratkan pesan tentang pentingnya memadukan ilmu dengan moral.
Sumeru bukan sekadar latar fantasi, tetapi karya seni yang menghormati warisan peradaban Timur Tengah dan Islam. Dengan menggabungkan estetika arsitektur, nilai keilmuan, dan filosofi hidup, HoYoverse berhasil menciptakan dunia yang mendalam sekaligus edukatif. Bagi pemain Muslim atau penggemar budaya Timur Tengah, eksplorasi di Sumeru terasa seperti menyelami potret sejarah yang dihidupkan kembali melalui medium interaktif.
Dengan memahami lapisan-lapisan budaya ini, pemain tidak hanya menikmati petualangan seru, tetapi juga belajar apresiasi terhadap kekayaan peradaban manusia yang menjadi fondasi dunia nyata.