kodefiksi.com – Industri game itu seperti tren mode—dulu kita semua terobsesi dengan game fisik, lalu beralih ke digital, dan sekarang kita sibuk mengunduh update berkala yang ukurannya lebih besar dari game aslinya. Nah, itulah kekuatan live-service games (LSG), model bisnis yang menjanjikan pengalaman bermain tanpa akhir (dan saldo rekening yang terus berkurang). Tapi, apakah ini benar-benar masa depan gaming, atau cuma tren sesaat yang akan pudar seperti fidget spinner?
Apa Itu Live-Service Games?
LSG adalah game yang dirancang untuk terus diperbarui, seolah-olah pengembangnya bertekad membuat game mereka tetap relevan lebih lama daripada beberapa hubungan asmara. Tidak seperti game biasa yang punya akhir cerita, LSG terus menambah konten baru, event spesial, dan tentu saja—skin mahal yang entah kenapa sangat menggoda.
Contoh sukses? Genshin Impact, Honkai: Star Rail, dan Fortnite—tiga raksasa yang membuktikan kalau dengan monetisasi yang tepat (alias gacha dan battle pass), pemain tetap rela mengeluarkan uang meski mereka tahu peluang mendapatkan karakter impian itu lebih kecil dari menang lotre.
- Microtransactions
Pemain bisa beli kostum, senjata, atau emote yang tak berpengaruh ke gameplay tapi bikin gengsi naik. - Battle Pass
Model berlangganan musiman yang membuat pemain merasa harus grinding sebelum waktu habis. - Subscriptions
Langganan premium yang sering kali bikin pemain berpikir, “Kenapa ini terasa seperti membayar cicilan rumah?”
Sebenarnya, LSG bukan konsep baru. Dulu kita punya World of Warcraft, game yang meminta pemain membayar langganan bulanan hanya agar bisa berdiri di Stormwind dan membual tentang gear terbaru mereka. Kemudian, di akhir 2010-an, muncul game seperti Fortnite yang membuktikan kalau free-to-play bisa menghasilkan lebih banyak uang daripada game berbayar.
Mengapa Live-Serice Games Populer?
- Uang, Uang, dan Uang
LSG itu kayak mesin ATM. Pemain bisa beli skin, karakter, atau battle pass. Bayangin, Genshin Impact bisa ngumpulin jutaan dolar cuma dari gacha karakter. Who wouldn’t want that? - Engagement Pemain
LSG itu kayak pacar yang selalu ngajak kamu jalan-jalan. Ada event musiman, update rutin, dan konten baru. Jadi, kamu gak bakal bilang, “Ah, aku bosan nih.“ - Komunitas yang Solid
LSG sering bikin komunitas yang loyal. Pemain merasa jadi bagian dari perkembangan game. Tapi hati-hati, kadang komunitas ini bisa lebih galak daripada mantan yang kesal diputusin. - Jangka Panjang
Jika sukses, sebuah LSG bisa bertahan selama bertahun-tahun. GTA Online, misalnya, masih ramai setelah lebih dari satu dekade. Rockstar bahkan menunda GTA 6 karena “GTA 5 masih menghasilkan miliaran.”.
Tantangan Live-Service Games: Dari Manis Jadi Pahit
Meskipun menjanjikan, tidak semua game bisa sukses seperti Genshin atau Fortnite. Ada banyak jebakan yang siap menelan studio game yang terlalu ambisius.
- Pasar yang Sesak
Saat ini, hampir semua studio mencoba membuat LSG. Hasilnya? Banyak game yang gagal bersaing dan ditinggalkan sebelum sempat merayakan ulang tahun pertama. - Biaya Pengembangan Tinggi
Game seperti ini butuh investasi besar untuk terus memproduksi konten. Kalau gagal, hasilnya bisa seburuk Babylon’s Fall—ditutup hanya dalam beberapa bulan setelah rilis. - Burnout Pemain
Dengan event yang tak ada habisnya, pemain bisa merasa lelah, atau lebih buruk lagi, merasa FOMO sepanjang waktu. - Cepat Gagal
Beberapa LSG bahkan tak sempat menikmati hype sebelum akhirnya harus tutup server. ‘F’ in the chat untuk game-game yang tak sempat berkembang.
Upcoming Live-Service Games: Yang Baru Datang, Siapa Tahan?
Meskipun banyak yang gagal, tetap ada harapan dari beberapa judul baru yang menjanjikan. Siapa tahu mereka bisa jadi “the one”? Salah satunya adalah Neverness to Everness, game RPG fantasi yang kayak pacar yang romantis. Janjinya sih bakal kasih pengalaman unik dengan dunia dinamis dan narasi mendalam. Tapi, kita tunggu aja apakah janji ini gak cuma manis di awal.
Live-Service Games yang Masih Bertahan: Si Kuat yang Tak Pernah Lelah
Beberapa LSG udah membuktikan diri mereka layak dipertahankan. Mereka kayak pacar yang udah lama, tapi masih setia dan selalu kasih kejutan:
- Genshin Impact
Game ini kayak pacar yang selalu ngasih hadiah tiap bulan. Update rutin, karakter baru, dan event menarik bikin pemain gak bisa move on. - Honkai: Star Rail
Dikembangkan oleh HoYoverse, game ini kayak adiknya Genshin Impact. Sama-sama manis, tapi punya karakter sendiri. - Fornite
Meskipun udah tua, Fortnite masih bisa bersaing. Kayak pacar yang selalu tampil kekinian berkat kolaborasi sama brand-brand besar. - Wuthering Waves
Meskipun masih baru, game ini udah punya basis pemain yang loyal. Semoga aja hubungannya langgeng.
Masa Depan Live-Service Games: Akankah Bahagia Selamanya?
LSG udah mengubah cara kita main game. Tapi, apakah ini bakal bertahan? Jawabannya mungkin tergantung pada seberapa baik developer bisa memenuhi ekspektasi pemain. Mereka harus bisa menyeimbangkan antara kualitas konten, monetisasi yang adil, dan keterlibatan komunitas.
Integrasi dengan esports dan streaming juga bisa jadi kunci kesuksesan. Game kayak League of Legends dan Valorant udah membuktikan bahwa kompetisi dan konten kreator bisa memperpanjang umur sebuah game.
Jadi, LSG itu kayak hubungan jangka panjang: butuh komitmen, kesabaran, dan dompet yang tebal. Beberapa game sukses kayak Genshin Impact dan Fortnite udah membuktikan bahwa model ini bisa menguntungkan. Tapi, banyak juga yang gagal dan bikin frustrasi.
Sebelum kamu terjun ke dunia LSG, pastikan kamu siap dengan segala risikonya. Siapa tahu, game yang kamu tunggu-tunggu bakal jadi “the one” yang bikin kamu betah berlama-lama. Atau, jangan-jangan, kamu malah ketemu sama yang cuma manis di awal, abis itu… yaudah, kita move on aja!
Referensi: HowToGeek.